TIDAK ADA LUKA YANG ABADI
Saat menjalani
kehidupan ini, akan banyak ditemukan kemungkinan yang akan membuat kita terluka.
Dengan efek yang beragam sesuai hal yang menyebabkan luka itu sendiri, dari hanya
sekedar goresan kecil hingga luka besar dan menganga yang membutuhkan perawatan
ekstra.
Disaat darah mulai
keluar dari goresan luka itu sudah pasti rasanya sakit dan mungkin tidak
tertahankan perihnya, sehingga terkadang membuat kita berteriak dan meneteskan
air mata. Namun sakit dan perih itu tidak abadi, karena setelah beberapa saat
darah yang keluar perlahan mulai tertutup dan akhirnya mengering.
Walaupun luka itu
pasti akan berhenti mengeluarkan darah dan mengering dengan sendirinya, namun
dengan spontan kita juga berusaha menghentikan pendarahan yang terjadi. Menutup luka itu dengan berbagai cara agar
tidak terlalu banyak mengelurkan darah dan tidak terinfeksi.
Setelah dilakukan
pengobatan, dibersihkan, dijahit bila memang dibutuhkan lalu diberi obat luka,
maka luka itu akan semakin cepat sembuh walaupun mungkin akan meninggalkan
bekas. Kulit baru akan tumbuh kembali menutupi bekas itu, dan kita telah lupa
akan rasa sakit yang kita rasakan saat luka itu datang.
Itu sedikit mengenai
luka nyata pada diri, dan sudah bisa dipastikan setiap orang pernah
mengalaminya. Namun bagaimana dengan luka dihati yang mungkin menyebabkan
dendam kesumat yang tiada habisnya? Apakah bisa terobati dan sembuh?
Jawabannya, bisa. Karena setiap penyakit selalu ada obatnya kecuali ajal.
Bukankah Tuhan telah memberikan
contoh kepada kita dalam bentuk luka yang nyata yang sering kita dapat?
Bukankah luka itu akan hilang dengan sendirinya walaupun meninggalkan bekas?
Malah seringkali kita lupa dimana luka itu didapatkan walau bekasnya masih ada
seiring berjalannya waktu.
Memang sulit saat
hati terluka, perih dan menyakitkan tiada duanya. Apaun itu penyebabnya
seringkali membuat air mata mengalir deras mebasahi pipi. Tapi tetap, hanya saa
itu saja, hanya beberapa saat. Setelah itu akan lenyap dan tidak berebekas.
Jadi tidak ada alasan untuk menjadikannya luka abadi yang tidak terobati.
Salah satu contoh
luka didalam hati yang sering ditemukan pada masa transisi hidup saat
perjalanan menuju kedewasaan adalah luka karena hubungan percintaan. Tidak
jarang karena luka itu, seseorang menjadi kehilangan arah dan sulit untuk maju,
tenggelam dalam penyesalan dan kesedihan. Hati yang pilu dan semangat hidup
seakan menghilang ditelan bumi.
Suatu kewajaran bila hati merasakan sakit dikala
itu, namun hanya saat itu saja sama hal nya seperti luka, jangan pernah terlalu
mebenamkan diri dengan rasa sedih yang berkepanjangan karena hanya akan
menyebakan dendam yang tidak beralasan.
Tidak perlu disesali maupun menyalahkan orang
lain, karena memang itu adalah jalan yang harus dilewati.
Sebab salah satu efek
dari hubungan adalah disakiti dan menyakiti, hal itu juga merupakan hukum dasar
dalam hidup bersosialisasi. Karena dalam perjalanannnya baik disengaja maupun
tidak oleh setiap pribadi pasti akan merasa disakiti maupun menyakiti. Dan karena
itu kita harus mampu untuk arif dan bijak dalam setiap tindakan.
Mari mencoba untuk
lebih membuka mata, katanya hidup itu bagaikan sebuah medan pertempuran. Kalau
memang benar, sudah bisa dipastikan bahwa luka adalah sesuatu yang lumrah untuk
didapat. Sebab tidak ada seorang pun yang mampu menghindari luka, walaupun dia
dilindungi oleh baju zirah berbahan besi. Bisa saja dia mendapat luka dalam
yang disebabkan oleh benturan yang menghantam baju pelindungnya.
Oleh karena itu,
jangan pernah menjadikan luka sebagai penutup jalan untuk menyongsong masa
depan dengan melakukan hal-hal bodoh untuk melampiaskan kekesalan hati. Namun
jadikan luka sebagai tiket untuk membuka gerbang masa depan yang gemilang,
karena hidup bukan hanya untuk hari ini saja, namun juga esok dan lusa.
Jadikanlah luka
sebuah pelajaran untuk sesuatu yang lebih baik dan berharga dimasa mendatang.
Karena, kalau memang hidup sebuah arena pertarungan, maka luka adalah bumbu
penyedap yang membuat kehidupan semakin sedap dan nikmat. Semakin banyak
goresan luka yang kita dapat dalam berbagai medan pertempuran kehidupan, maka akan
semakin mahir kita bertarung untuk bisa keluar menjadi seorang pemenang.
Disaat pertama kali kita
mendapatkan luka dalam sebuah masa perjalan hidup yang dilalui, saat itu
mungkin kita belum mahir dan terlatih dalam menangkis serangan yang mungkin
datang tiba-tiba. Atau mungkin saja taktik dan strategi yang kita rancang untuk
melewatinya masih kurang efektif, karena kurang cermat dan teliti dalam melakukan
suatu tindakan sehingga berbuah kegagalan yang mengakibatkan luka.
Namun setelah itu, disaat kita duduk terdiam
menyaksikan kegagalan yang didapat, otak belajar untuk memahami factor penyebab
kegagalan itu. Saat itupun hati ikut bekerja memompa semangat untuk kembali
bangkit menebus kekalahan yang barusan didapat.
Tidak ada luka yang
abadi, walupun luka itu meninggalkan bekas luka yang abadi. Dan jangan pernah
jadikan luka sebagai alasan untuk menaruh dendam abadi. Karena dendam hanya akan
mebuat luka baru yang mungkin akan lebih besar dan menyakitkan. Maafkanlah
sesuatu yang telah membuat kita terluka, karena itulah takdir. Dan takdir
adalah sesuatu yang pasti terjadi tanpa ada yang bisa menolak dan menghindar.
**050713**
Sarang @buruank , #MinangKabau
Land , #WestSumatra
Komentar
Posting Komentar