ADA CINTA TERSELIP DI ANTARA KACA JENDELA KAMAR
Ini adalah sepotong
kisah masa laluku, sebuah drama percintaan klasik yang sering mebuatku geli dan
tertawa sendiri bila mengingatnya. Aku baru menyadari bahwa kisah cinta
pertamaku adalah sebuah kisah percintaan yang ajaib sekaligus lucu. Mungkin
benar kata orang, walaupun telah banyak cinta yang datang dan pergi namun
cerita cinta pertama selalu abadi. Hahaha….
Kisah ini bermula
waktu aku baru menginjak usia belasan dan baru saja mencoba duduk dibangku
kelas satu sekolah lanjutan pertama. Disaat itu cinta pertama kali menyapaku,
dan membiarkanku merasakan bagaimana jatuh cinta. Rasanya begitu menyesakan
dada dan membuat hariku penuh kegalauan saat itu.
Nama nya Paris, tidak
ada tambahan Hilton dibelakangnya. Walaupun kurusnya dan tingginya hampir
mendekati, tapi sumpah dia bukan bagian dari dynasty Hilton. Dia hanya anak
dari orang tua nya yang blasteran Painan, Pesisir Selatan Sumbar dan Pariaman. Mungkin
orang tuanya memeberi nama Paris untuk menegaskan bahawa dia adalah murni
keturunan Pariaman Sekitar.
Aku dan Paris sudah
kenal sejak lama, karena memang kami bertetangga. Kami tinggal dan tumbuh
dilingkungan yang sama. Dan sumpah, baik aku maupun dia sudah mengenal luar dan
dalam, baik dan buruk nya, dan semuanya termasuk keluarga masing-masing. kami pernah berada di TK yang sama dan tempat
mengaji yang sama juga, namun sekolah tidak pernah sama.
Sampai saat aku jatuh
cinta pun, kami tidak memiliki sekolah yang sama, aku sekolah di MTsN Padang
Panjang dan dia SMP 2 Padang Panjang. Walaupun sekolah kami berbeda kami selalu
berangkat sekolah barengan, karena sudah menjadi kebiasan bagi kami sejak zaman
pra sejarah dulu. Sehingga kebiasaan berangkat sekolah berjamaah itu tetap
berlanjut sampai saat SMP.
Waktu jaman kami
sekolah dulu, daerah komplek tempat kami tinngal memang masih berada dalam
zaman batu. Tidak ada angkot yang datang, apalagi ojek. Sehingga kami sudah
terbiasa dengan becek. Sehingga kami perlu berjalan beberapa menit menuju
terminal mikrolet, dan dari sana baru berpencar menuju sekolah masing-masing.
Selama awal-awal
catur wulan pertama tidak ada yang berubah dari kami, kami tetap sahabat dan
musuh abadi. Tidak ada yang berubah dari kami, mungkin lantaran sudah saling
mengenal dan memahami setiap bentuk kelemahan dan kekurangan masing-masing. Namun
semua nya berubah waktu awal catur wulan kedua, waktu memang terasa begitu
singkat karena masih ujian tiga kali dalam setahun.
Semakin
kumemperhatikan Paris dengan semua tindak tanduknya, jantungku langsung bekerja
ekstra keras. Tawanya, senyumanya, dan gerak langkahnya seakan membuat duniaku
jungkir balik. Ada hasrat lain yang menghampiriku dan tidak pernah kurasakan
sebelumnya, aku tidak tau sama sekali kalau aku telah jatuh cinta.
Tanpa disadari,
perhatianku menjadi lebih kepada paris. Aku nyaman saat bisa berbagi dan mencurahkan
segenap perhatian untuk Paris walaupun sedikit curi-curi, karena belum berani
tampil dan masih cupu. Semakin hari semakin galau yang kurasakan, namun aku
masih belum tau apa sebenarnya yang terjadi pada diriku.
Karena saking
galaunya akhirnya aku mencoba bertanya sambil bercerita kepada sepupuku, Noldi.
Usiaku dan Noldi terpaut beberapa tahun, namun walaupun usianya kami beda tipis,
aku yakin dia adalah orang yang tepat dan bisa memmberikan jawaban atas
kegalauan yang kurasakan.
Ternyata benar, tanpa
harus menunggu lama aku langsung didakwa telah jatuh cinta oleh Noldi. Dan dengan
semangat juang yang berapi-api Noldi menyuruhku untuk melanjutkan perjuangan,
dengan meyakinkanku kalau dia sering mengalaminya. Memang sih, dia adalah
seorang playboy kala itu. Buktinya aja, pacar dan mantannya ada banyak.
Sedikit malu-malu
kucing, tapi hatiku senangnya minta ampun mendengar dakwaan itu. Masalah baru
pun muncul setelah itu, aku binggung bagaimana cara untuk menyampaikan
perasaanku kepada Paris. Hampir satu bulan aku berperang dengan perasaanku,
sehingga membuatku semakin galau saat
bertemu paris setiap pagi mau berangkat sekolah dan juga saat marathon
berjamaah di hari libur.
Hingga akhirnya seorang sahabatku bernama Adi menyuruhku
menuangkan segala hal yang kurasakan kedalam surat dan diserahkan kepada paris,
dengan kata lain membuat surat cinta. Karena itulah jalan satu-satunya agar
perasaanku tidak selamanya terpendam dalam hati, dan juga saat itu memang belum
ada facebook, twitter, dan sebagai nya. Hape aja belom ada buat sms, pager aja
baru beberapa tahun setelah itu.
Surat cinta pertamaku
ternyata membutuhkan tim khusus untuk mebuatnya. Aku dibantu tiga orang teman
yang juga sahabatku hingga saat ini, Tarend, Adi, dan Jimmy untuk mebuat
selembar surat cintaku untuk Paris. Meskipun telah bekerja sama dalam tim, kami
tetap saja merampungkan surat itu dalam waktu beberapa hari. Ada banyak editing
dan pemotongan, sehingga memakan waktu.
Dan barulah pada hari
ketiga surat cinta itu kelar dengan penuh perjuangan dan pengorbanan dari tim
kerjaku. Setelah surat itu kelar,
tinggal satu masalah lagi, bagaimana cara menyampaikannya? Teman-temanku yang
menolong membuat surat itu tidak ada yang menjadi tukang pos cintaku kepada
paris. Dan aku tidak punya teman lain yang bisa aku percaya untuk menyampaikan
surat berharga itu
Setelah hampir satu
minggu surat itu masih tersimpan rapi dalam kotak rahasiaku yang tidak
seorangpun mengetahui tempatnya. Akhirnya sebuah ide gila muncul, aku harus
menyerahkan surat itu sendiri tanpa ada perantara. Tapi aku masih belum
memiliki cukup keberanian untuk memberikannya langsung ketangan Paris.
Sebuah kesempatan akhirnya
datang, waktu itu tanggal merah di hari Sabtu. Setelah semalaman kuseting ulang
isi surat yang merupakan hasil kerja kerasku bersama tiga orang temanku dengan
bahasa inggris. Berbekal kamus Inggris – Indonesia milik noldy, kusulap semua
isi surat itu menjadi bahasa inggris.
Setelah setiap kata
yang seharusnya ada dalam Bahasa Indonesia diganti dengan Bahasa Inggris dengan
susunan kata seadanya, lalu kucarikan sebuah amplop. Namun sayang, waktu itu
aku belum siap. Aku tidak memiliki amplop warna-warni dengan kertas yang
bewarna juga yang lagi trend waktu itu, dan juga mungkin karena memang baru
pertama kali membuat surat cinta.
Jadi kuambil saja sebuah amplop putih biasa
punya orang tuaku yang ada banyak dirumah. Tapi aku tidak mau memberikan
sesuatu yang biasa kepada Paris, jadi ku beri gambar logo tim basket kesukaanku
“76ers”, diatas kertas amplop putih itu. Sangat kreatif dan sangat
menggelikan….
Sengaja pagi itu aku
bangun lebih cepat dari biasanya.beberapa menit sebelum shalat subuh aku telah bangun, dengan modus
pergi pemanasan keluar rumah untuk marathon nanti aku langsung cabut menuju
rumah Paris yang hanya berjarak tiga rumah dari rumahku. Aku sangat hafal
dimana letak kamarnya, karena kami memang sering belajar kelompok.
Sesampainya didekat kamar Paris, dengan hati-hati
kuselipkan surat itu dibawah kaca jendela kamarnya. Dag…dig…dug…. Detak
jantungku bagaikan bedug masjid. Tanganku gemetar, dan pagiku menjadi panas, dan
plung…akhirnya aku berhasil menyelipkan surat itu kedaalam kotak pos cintaku.
Misi sukses, dan tanpa banyak pertimbangan
lagi aku langsung lari secepat bayangan kembali kerumahku, takut nanti ketahuan
dan dikirain tukan intip. Sesampai dirumah , malah aku jadi parno sendiri. Baru
saja sebuah pikiran aneh mendatangiku,bagaimana kalo nanti yang menemukan surat
itu adik nya, atau mama nya yang kebetulan lagi nyapu-nyapu kamar… waduh
…gawat…bisa-bisa aku kena gantung.
Aku mencoba menenangkan
perasaanku, dengan berlagak tidak pernah ada kejadian apa-apa tadi sebelum
subuh pas saat marathon berjamaah nanti. Aku Cuma bisa pasrah dengan apa yang
akan terjadi, dan aku berharap Paris lah orang pertama yang menemukan dan
membaca surat yang berisikan segudang kata-kata cintaku, bukan adiknya, mamanya
ataupun papanya.
Terpaksa pagi itu aku
menjaga jarak dengan Paris, aku tidak mau menjadi bahan ejekan jamaah-jamaah
marathon yang lain kalau aku ketahuan melakukan tindakan bodoh tadi pagi.
Jantungku masih jumpalitan setiap kali mencuri pandang melihat Paris, apalagi
saat ketahuan jantungku seakan mau keluar dari sarangnya.
Sepanjang acara marathon itu aku banyak diam,
begitupun dengan Paris. Ada sih teman-teman yang menggoda aku maupun Paris,
namun aku berusaha sedikit Jaim biar suasana sama seperti biasanya. Hingga akhirnya Emil adiknya paris datang
menghampiriku.Aku kaget setengah mati, kenapa dia yang nongol, jangan-jangan
yang baca surat itu dia.
Jantungku semakin berdetak kencang dan nafasku
mulai habis saat dia mulai bicara dengan ku sambil memberikan sesuatu. “Uda,
ini dari uni Paris.’… ujar emil
kepadaku. Sebuah amplop bewrana merah jambu diselipkannya di tanganku. Antara
senang dan sesak nafas kuterima amplop
itu dan mengucapkan terima kasih.
Emil pun kembali berjalan kedekat paris, dan
secepat kilat kusimpan amplop itu agar tidak ada orang lain yang melihatnya.
Rasa penasaranku melambung, padahal aku baru beberapa jam yang lalu memasukan
surat cintaku kedalam kotak pos berdinding kaca, tapi aku telah menerima surat
lagi sekarang dengan bungkus yang berbeda. Ini bukan suratku yang tadi.
Ingin rasanya segera
mencari tempat sepi untuk membuka amplop itu. Tapi aku masih belum bisa
menghilang, karena teman-temankuku masih mau terus melanjutkan acara
marathonnhnya. Terpaksa kuharus kembali bersabar untuk membuka amplop itu dirumah,
dan akan kukunci kamarku agar tidak seorangpun ikiut membacanya.
Hatiku telah
berteriak kegirangan karena suratku mendapat balasan walaupun belum tau isinya
apa. Apakah itu penolakan atau aku diterima, aku tidak peduli karena aku ingin
segera membuka amplop itu dan melihat isinya. Hatiku berbunga-bunga pagi itu,
seakan semua bunga yang ada di pasar bunga berkumpul disatu tempat. Lebay….
Sesampai dirumah
kubuka amplop itu dengan hati-hati, karena aku tidak mau amplop nya robek. Karena
amplop dan isinya itu adalah benda yang sangat beharga bagiku dan akan selalu
kujaga sampai saat aku lupa meletakannya dimana. Amplop dan pink itu ternyata
berisikan dua lembar kertas bewarna pink juga. Kubuka lipatan kertas surat
dalam amplop itu, tulisannya seakan bersinar terang menerangin wajahku yang
memang sedikit agak gelap.
Sedikit kaget saat membaca melihat tanggal
surat itu, ternyata surat itu juga telah lama disiapkan. Dengan isi yang
menytakan hal yang sama seperti yang kutuliskan dalam suratku. Dia juga suka
padaku, aku kaget setengah mati, ternyata selama ini dia juga memendam rasa
yang sama dengan apa yang kurasakan.
Tanpa menunggu lama
setelah mebaca surat yang sebeanranya cukup panjang dengan tulisan tangannya
yang khas, aku langsung membuat sutrat kedua sebagai balasan dan mempertanyakan
langkah selanjutnya. Surat kedua pun melewati kotak pos yang sama sehabis
shalat isya dihari itu juga, jendela kamar. Dengan bahasa campur sari,
Indonesia, Inggris dan Minang, karena aku tidak punya cukup waktu utnuk buka
kamus.
Dan paginya aku telah
menerima balasan dari surat itu. Balasannya tidak lagi melalui emil seperti kemaren
pagi,namun langsung kuterima dikamarku,tepat dibagian bawah jendela kamarku. Aku
tidak peduli siapa yang menyelipkannya, yang aku peduli isi surat itu karena
aku yakin surat itu berisikan jawaban.
Memang benar, hari itu
juga aku dan Paris resmi pacaran. Walaupun pacaran hanya berani melalui surat
dan tidak bernyali bicara langsung, namun kami sangat menikmatinya. Mungkin ada
segudang kata-kata manis yang pernah
ternagkai dalam surat-surat itu. Ada janji dan juga harapan, semuanya tertuang
dalam surat yang dikirim langsung kedalam kotak pos pribadi kami berdua.
Dan karena
surat-surat itu kami telah berani mencoba gerbang kehidupan kami kearah yang
lebih baik untuk masa depan. walaupun Paris bukan masa depanku dan juga
sebaliknya, namun kami memeiliki kenangan yang tidak pernah terlupakan
sepanjang hidup kami. Tetanggaku adalah idolaku, dan dia adalah cinta pertamaku.
Walaupun kami cuma berpacaran
beberapa bulan saja, namun sampai sekarang aku dan Paris tetap bersahabat. Kami
masih sering tertawa dan bercerita bersama, dan sudah tidak lagi seperti dulu
waktu zaman surat menyurat. Sekarang kami telah bahagia dengan pilihan jalan
hidup masing-masing-masing. aku dengan hidup ku, begitupun Paris.
Namun aku masih
memiliki hutang yang belum terbayarkan kepada Paris saat ini, kado pernikahannya. Waktu hari bahagia
Paris, aku tidak bisa menghadiri karena sedang menjalankan tugas yang tidak
bisa kutinggalkan, sehingga aku cuma bisa mengucapkan selamat via telpon SLJJ,
dan aku menjanjikan kado pernikahan untuknya akan kuantar langsung saat aku
pulang nanti.
Buat yang terbaik aku
juga harus memberikan yang terbaik, dan aku telah berjanji kepada sahabat
sekaligus cinta pertamaku. Isi kado itu permintaan langsung dari paris. Kadonya
sudah ditangan, namun aku masih belum juga bisa memberikan dan mengucapkan
selamat langsung kepada Paris dan Suaminya. Paris tidak mau kadonya dikirim
melalui jasa pengiriman, dia ingin kado itu langsung aku antar kepada mereka.
Baiklah, aku pasti
akan mengantarkannya langsung kedepan pintu rumahnya, kali ini paket dariku tidak
akan melewati kaca jendela kamar lagi. Karena takut digebukin suaminya,
dikirain aku mengintip…. Hahaha J
**230713**
Sarang @buruank
#MinangkabauLand #WestSumatra
Komentar
Posting Komentar