PROLOGUE from 15 Million Secons Of my Life
PROLOGUE
Hidup manusia sama
hal nya seperti setiap makhluk ciptaan Tuhan lain nya. Lahir , tumbuh,
berkembang dan akhirnya hilang ditelan sang waktu. Setiap tahap yang dilewati
terus berkembang mengikuti alur kehidupan. Hingga akhirnya sebuah kata seorang
manusia Dewasa pun dapat diraih. Ada banyak hal yan akan dilewati seorang
manusia untuk mencapai kematangan jiwa , tidak ada cerita yang sama antara satu
dan lainnnya. Semua nya memiliki cerita dan kisah sendiri dalam pencarian arti
dan tujuan hidup masing-masing. Dan semua jawaban dari apa yang dicari manusia
dalam kehidupannya telah tersedia dimasa depan. Sebuah jawaban yang pasti dan
tidak akan bisa terbantahkan lagi. Dan disana pula kenyataan yang sesungguhnya
dari kehidupan. Dan kepuasan hidup sebagai manusia pun akan diraih pada masa
itu, melakoni jati diri sampai puas sampai malaikat maut datanguntuk kembali
mencabut nyawa pemberian sang pencipta.
Sewindu berlalu
begitu cepat dan tanpa disadari. Namun sewindu merupakan waktu yang melelahkan bagi Rendra. Ada banyak hal yang telah dilalui dan ada
banyak kisah yang telah dituliskan didalam delapan tahun masa pencariannya.
Setiap proses yang dilalui untuk menuju kematangan jiwa, dan menjadi seorang
manusia yang tegar dan berani dalam menjalani hidup manusia yang singkat ini. Delapan
tahun ter omabang-ambing dalam kerapuhan, dan berbagai kegagalan. Menjadi
seorang manusia yang selalu merasa kalah dalam kehidupan, dan berlari dalam
kehampaan. Namun siapa yang mengira dalam kesia-sia an itu terdapat jawaban
dari semua pertanyaan dirinya kepada kehidupan. Seakan bersembunyi dibalik
semua kegagalan dan kekecewaan untuk mengasah diri menjadi seorang yang bisa
diandalkan dimasa depan. Jiwa yang matang dan hati yang tenang. Jawaban dari
semua yang terjadi dalam pencariannya.
Pahit memang dikala
itu, disaat harus pergi meninggalkan semua masa lalu yang terasa begitu manis
dan tak tergantikan. disaat Rendra baru membuka mata untuk meraba dunia yang
akan dia raih. Namun cerita Rendra dengan tempat itu memang harus berkahir
sampai disitu, sampai pada hari dimana
dia melangkakan kaki pergi meninggalkan semua kenangan masa kecilnya disana.
Meninggalkan semua kenangan manis bersama orang-orang yang selalu bersamanya. Pindah
ketempat baru dengan semua hal baru yang juga telah menantinya. Satu persatu
halaman baru mulai terisi, berisikan kisah baru dan warna baru. Merasa sepi
didalam hiruk pikuk nya dunia sekitar. Berbagai tuntutan untuk menjadi seseorang
manusia sempurna, dan dipaksa harus berpura-pura menjadi “superman” dalam
kehidupannya. Menjalani hidup yang tidak sesuai dengan apa yang dibayangkannya
dulu. Yang dirasakannya sekarang hanya sepi dan kesepian. Dia tidak menikmati
dunia yang ada didepannya tersebut. Tidak ada lagi tertawa , dan tidak ada lagi canda yang hangat dan sangat menyenangkan hati
dikala gundah. Yang ada hanya kepalsuan dan kemunafikan dari dunia yang
didiaminya.
Selama delapan tahun
batin nya terus berperang dengan kenyataan yang dihadapi. Mencoba untuk terus
bertahan dengan segala upaya agar bisa menjadi seorang manusia yang diharapkan
oleh dunianya. Mencoba untuk tidak pernah merasa terluka dan terus untuk bisa
maju menuju masa depan. Namun semuanya hanya sia-sia, delapan tahun hanya
dipenuhi dengan kegagalan dan kegagalan. Gagal untuk menjadi seorang manusia
yang diharapkan oleh lingkungan barunya. Seorang yang sempurna bagi mereka yang
menginginkannya. Tidak ada kata hati, yang ada hanyalah kepentingan dan
tanggung jawab yang seolah-olah dipaksa harus diselesaikan oleh Rendra sendiri.
Dan tanpa disadari hidup dalam keterpaksaan itu telah menuntun Rendra menuju
jalan kedewasaan diri. Otak dan hatinya mulai berpadu seiring berjalannya waktu
delapan tahun. Pemberontakan-pemberontakan kecil mulai dilakukannya untuk
menjalani hidup. Walaupun seringkali pemberontakan itu gagal dan tidak berarti
namun Rendra mulai menikmati setiap hal yang dilakukan berdasrkan keinginan
hatinya. Dia hanya ingin bebas menjadi diri sendiri dan melalui hidup tanpa ada
paksaan dan kepalsuan dunia. Yang dia inginkan hanyalah kenyamanan dan
ketenangan, menikmati hidup menjadi diri sendiri. Uang bukanlah tujuan
hidupnya, karena tidak segalanya bisa dibeli dengan uang.
Dan satu hal yang
tidak bisa Rendra pungkiri, ternyata cinta telah membantunya untuk terus
bertahan untuk masuk jurang keputus asaan. Walaupun ada banyak kegagalan dalam
kisah yang dijalani nya, namun Rendra merasakan sesuatu yang berbeda. Dia mulai
menemukan apa yang telah hilang dari hidupnya didalam percintaan. Belajar
berbagi dan menjadi seorang laki-laki sejati yang bertanggung jawab dengan
pilhan hati. Mungkin memang takdir harus untuk dilukai dan melukai, namun hal
itu telah memberi warna baru dalam kehidupannya yang baru. Gagal, patah hati,
terluka dan melukai, semuanya terjadi begitu saja. Tanpa ada program seperti
yang dia lakukan dalam kehidupannya sendiri setiap hari. Walaupun beberapa kali
menemukan kegagalan, namun Rendra telah belajar banyak dari cinta.
Dua hal yang lain
yang sangat memberi pengaruh dalam kehidupan Rendra adalah kecintaannya
terhadap music dan begitu merasuknya semangat kebebasan dari dunia otomotif.
Music dengan PUNK dan Otomotif dengan Vespa. Dan kedua hal itu membantunya
menemukan jatidirinya sebagai seorang Minangkabau dan juga Indonesia. Kecintaan
nya terhadap Tanah air tempat dia dilahirkan dan sebagai seorang Minangkabau
yang harus menjujunjung tinggi nilai budaya dan adat istiadatnya. Semuanya
telah memberi warna baru dalam delapan tahun pencarian Rendra tentang tujuan
hidupnya.
Dan pencarian yang
dilakukan Rendra berakhir pada enam
bulan terindah dalam hidupnya. Bagaikan hujan deras diakhir musim kemarau
membasahi setiap ruangan retakan yang ada pada tanah yang tandus. Sebuah
perjalanan yang tidak pernah ada dibenaknya selama ini. Telah membuka mata hati
Rendra untuk menmpuh sebuah dunia baru yang benar-benar dirinya. Bukan orang
lain berkedok dirinya seperti selama ini terjadi dalam hidupnya. Perjalanan
beribu-ribu kilometer melintasi Negara yang dicintainya. Melihat wajah dunia
yang sebenarnya dengan mata kepala nya
sendiri. perjalanan yang memberikan pelajaran berharga dan tidak ternilai bagi
kehidupannya. Dia mulai tau tentang hakikat kehidupan yang sebenarnya.
Merasakan tawa dan senyuman yang benar dari hati. Air mata yang sesungguhnya
dan kenyamanan yang tidak pernah dirasakan
sebelumnya. Semuanya nyata dan tidak ada kepalsuan. Dan hidup sesuatu yang
harus ditakutkan seperti apa yang ditekankan dunia kepadanya selama ini.
PROLOGUE from 15 Million
Second of My Life
Sarang @buruank
01-04-13
Komentar
Posting Komentar