MENANAM POHON UNTUK TABUNGAN PENSIUN


Saya seorang pekerja lepas yang mengandalkan tenaga dan fikiran untuk bekerja. Berhubung masih muda dan masih memiliki tenaga yang cukup untuk mencoba segala hal untuk mengembangkan kemampuan diri, sehingga membuat saya memilih berwiraswasta dan tidak mencari pekerjaan setelah menyelesaikan pendidikan.
Sejak zaman kuliah bersama beberapa orang teman saya mendirikan sebuah Event organizer yang bergerak di bidang kesenian, khususnya pagelaran musik tradisional dan modern. Memang penghasilannya tergantung dari event yang diadakan, namun saya merasa cukup untuk menutupi kebutuhan hidup saat ini.
Profesi itu memang membuat saya memiliki banyak waktu luang, karena event yang diadakan memang belum begitu banyak. Hanya beberapa kali dalam satu tahun dan dalam jangka waktu yang tidak pasti untuk pengadaannya. Walaupun begitu saya cukup menikmati apa yang saya kerjakan, karena saya bisa bebas untuk menjadi diri sendiri dan mengaplikasikan pendidikan yang saya tempuh.
Sementara kehidupan proesional saya berjalan dengan normal, sebuah pemikiran aneh datang menghampiri. Saya harus mempunyai jaminan pension disaat otak dan tenanga saya sudah tidak bisa bekerja lagi seperti mereka yang bekerja di perusahaan maupun pemerintahan. Sedikit memutar otak untuk mencari jalan agar bisa mendapatkan tunjangan pensiun seperti mereka. Terbesitlah ide untuk menabung didalam tanaman, tanaman tua seperti kayu-kayuan dan buah-buahan.
Akhirnya sekitar pertengahan tahun 2008 setelah saya memutuskan untuk segera bergerak. Karena waktu tidak akan mau untuk menunggu sampai saya memiliki modal yang cukup untuk bisa memulai apa yang saya inginkan. Kebetulan saya memiliki lahan yang bisa diolah dan saat itu dalam kondisi tidur dan tidak terawat lagi di daerah Jorong Batang Palupauah, Agam, Sumatera Barat.
 Sebagai langkah awal untuk pembuka jalan, semua tumbuhan produktif yang masih tersisa seperti kopi, cengkeh dan buah-buahan lainnya kembali dibersihkan. Memang jumlahnya sudah tidak seberapa, namun cukup untuk memberi semangat memulainya. Saya harus memanfaatkan semua potensi yang ada dilahan itu untuk meminimalisir modal  yang keluar, karena saya memang tidak mempunyai modal yang kuat.
Setelah areal yang berisi tanaman itu terbuka, saya menanam tanaman muda seperti kunyit, serai, dan cabe rawit sebagai pengganti gulma yang akan tumbuh mengganggu perkembangan tanaman. Tanaman itu bertujuan untuk menekan biaya perawatan kelak. Sementara buah-buahan itu belum musim berbuah, areal sudah bisa memodali sendiri biaya perawatannya dari hasil tanaman muda yang ada dibawahnya.
Setelah lebih satu tahun dengan menjalankan pola yang sama, saya merasa kurang puas dengan hasil yang saya dapat. Karena pergerakannya tersa lambat dan tidak ada perkembangan yang signifikan, saya ingin sesuatu yang lebih dan menjanjikan. sehingga ditahun kedua saya memikirkan untuk lebih mengembbangkannya supaya tepat sasaran sebagai tabungan pensiun.
Sediikit bermasalah dengan kondisi keuangan karena faktor kerjaan yang tidak menentu, membuat penggarapan juga sedikit tersendat. Saya tidak mungkin  mengucurkan semua penghasilan untuk memodali lahan itu. Akhirnya saya putuskan untuk mengambil langkah ekstrim, menebang pohon-pohon kayu yang tidak produktif untuk dijual sebagai modal.
Hasil dari penjulan kayu itu saya gunakan untuk mebeli bibit tanaman produktif, tanaman awal yang dipilih adalah kakao dan pisang. Dan dari hasil penjualan itu saya bisa membeli 300 batang bibit kakao seharga Rp. 1500 per batangnya, dan 50 batang bibit pisang yang dicari sendiri dengan cara meminta kepada masyarakat lain yang memiliki lahan pisang.
Semua bibit itu memang tidak langsung  ditanam, karena saya tidak memiliki cukup uang untuk membayar upah pekerja. Sebab untuk menanam bibit sebanyak itu mungkin  membutuhkan waktu sekitar tiga hari dan juga tiga orang untuk menanamnya. Waktu itu untuk upah 1 orang  pekerja untuk 1 hari sudah Rp. 50.000, jadi saya harus kreatif agar bisa menanamnya dengan modal yang minim.
Setiap akhir pekan di hari sabtu dan minggu saya meluangkan waktu untuk bisa mengerjakan lahan tersebut. Dengan merambah sendiri seberapa mampu dan, langsung membuat lubang untuk menanam bibit tanaman itu di minggu berikutnya. Lebih kurang 3 bulan waktu yang saya habiskan untuk bisa menanam semua bibit yang ada sambil tetap merwat lahan yang sudah terbuka agar tidak kembali dipenuhi gulma.
Tahun 2011kakao yang ditanam telah mulai berbuah mengikuti pisang yang lebih dulu menghasilkan. Hasil panen dari keduua tanaman itu ditambah dengan tanaman-tanaman tua yang telah tersedia sebelum nya tidak pernah saya pakai untuk keperluan hidup sehari-hari. Semuanya dijadikan lagi sebagai modal pengembangan dan perawatannya. Lahan itu telah mulai mandiri tanpa menguras isi kantong saya yang memang sedikit.
Saya mulai berani untuk mengupah orang untuk bekerja dilahan itu, karena isinya tidak hanya kakao dan pisang lagi. Tanaman di lahan itu sudah mulai bervariasi, dan rata-rata dari jenis kayu-kayuan seperti mahoni dan surian, serta jenis buah-buahan seperti durian, manggis dan pokat.
Setelah hampir 6 tahun berjalan dengan terus mengembangkan dan memaksimalkan fungsi lahan, saya sekarang telah memiliki hampir 500 batang pohon coklat siap panen, dan sekitar 200 rumpun pisang yang terus berbuah, 100-an tanaman cengkeh, dan hampir 100 batang untuk manggis, durian serta pokat. Untuk tanaman mahoni dan surian belum saya hitung karena masih ditanam sampai saat ini.
Saya menganggap pohon-pohonan yang saya tanam hari ini adalah tabungan pensiun dan jaminan untuk kehidupan keluarga saya kelak. Saat sudah tidak bisa bekerja lagi seperti sekarang, saya telah memiliki tabungan yang cukup menyambung hidup.
Saya memang bukan petani murni, namun suatu saat saya akan berada disana menikmati indah hijaunya dedaunan serta segarnya udara dari tanaman yang saya tanam sekarang. Sudah terpikir suatu saat nanti areal ini akan menjadi kawasan ekowisata, sebagai penunjang kawasan cagar alam Bunga Rafflesia yang juga berada dijorong batang palupuah. Mudah-mudahan bisa memolong meningkatkan ekonomi masyrakat sekitar dengan semakin bergairahnya kegiatan pariwisata didaerah ini dimasa depan.
Sebab saya memang menjadikan pohon-pohon itu tabungan, sehingga kajian ekonominya memang untuk masa depan. Saat ini saya akan terus bekerja menjalani jalan hidup yang saya pilih, dan hasil dari tanaman itu tetap dijadikan modal untuk menanam dan menanam sampai saat pensiun tiba. Mungkin saja saya akan pensiun muda, dan memilih berada di kebun itu untuk melakukan hal yang lebih besar dengan tabungan pohon yang dimiliki.
( manusia hanya bisa berencana dengan berusaha dan berdoa, semua keputusan ada di tangan Sang Pencipta yang maha pengasih dan penyayang )
**060513**
Sarang @buruank #Minangkabau West Sumatra

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BERKARYA UNTUK KEHIDUPAN ABADI

KARENA MIMPIKU ADALAH DOA DAN SEMANGATKU