SAAT SUARA TIDAK DIDENGARKAN, MAKA MENULISLAH UNTUK BERTERIAK
Masa muda adalah masa yang sangat indah
didalam hidup. Darah yang masih mendidih serta pemikiran yang masih segar. Ada
banyak hal-hal gila yang ingin dilakukan untuk untuk meladeni ide-ide brilliant
yang selalu menghampiri otak. Masa-masa yang tidak ada gantinya. Tenaga yang
masih kuat mebuat kita mampu lebih cepat untuk berlari meraih semua impian.
Disaat itu ada banyak
hal yang ingin disampaikan namun tidak semuanya didengarkan dan malah diabaikan.
Kita dipaksa untuk bermain dengan fikiran kita sendiri, menikmati hari-hari
yang terkekang dibawah bayang-bayang manusia yang lebih tua. Sebuah faham kuno yang mengatakan, yang muda
belum boleh bicara. Karena kita dianggap tidak memiliki kemampuan apa-apa,
tidak cukup pengalaman dan sebagainya. Tidak sebanding dengan manusia yang
lebih tua yang katanya lebih ahli dan berpengalaman.
Tapi apakah dunia ini
cuma milik mereka yang sudah tua saja? Apakah kita belum punya hak untuk
berbicara dan bersuara? Bukankah belum tentu kita yang muda akan kalah dari
mereka yang lebih tua dalam hal ide dan kreatifitas. Memang mereka lebih dulu merasakan indahnya
dunia ini, namun bukankah dunia selalu berubah setiap hari. Semuanya datang dan
pergi, dan semuanya selalu berganti.
Ada banyak hal yang telah mereka lalui sampai saat ini
diringi pengalaman yang tidak kalah banyaknya. Dan membuat mereka terlihat
mapan dihari ini. Tapi tidak semua yang mereka miliki itu bisa dipakai di era
kita. semuanya butuh pengembangan agar bisa semakin sempurna seiring
perkembangan zaman. Karena mungkin mereka sudah lelah untuk memikirkan sesuatu yang baru saat
ini. Karena mereka telah menikmati semua hasil dari apa yang telah dilakukannya
dimasa mereka seperti kita saat ini. Sehingga tidak ada lagi perubahan yang
dirasakan, hanya tontonan monoton yang membosankan.
Sudah pasti hal yang
membosankan akan membuat kita jenuh. Namun teriakan lantang kita masih tetap
tidak mau mereka dengarkan. Energy yang terkuras banyak membuat kita lelah,
disaat itu lah pena dan tinta harus berbicara. Kertas menjadi “sandbag” pelampiasan semua amarah yang
terpendam, menuliskan semua yang ada di hati dan fikiran untuk merubah dunia
sesuai keinginan kita. semua ide dan harapan dituangkan dalam untaian kalimat.
Helai demi helai kertas akan menjadi pendengar setia yang menampung semua ide
dan hal gila yang ada dalam fikiran kita untuk merubah dunia.
Terkadang tidak semua
ide yang pernah terlintas dalam fikiran kita bisa teringat di esok hari. Tapi dengan
menuliskannya ide-ide itu, mereka akan tersimpan abadi sebagai amunisi cadangan
saat berperang melawan kerasnya dunia. Dan disaat kita menggunakannya suatu
saat kelak, ide itu akan menjadi lebih baik. Karena disaat kita membacanya
kembali, otak kita akan berusaha mencoba mencarikan jalan agar ide itu bisa
berjalan dan dilaksanakan. Jadi kita tidak hanya memiliki ide, tapi juga
memiliki cara agar ide itu menjadi nyata.
Didalam sebuah
tulisan kita akan menyimpan semua kenangan dengan sangat sempurna. Karena
disaat kita menulis kita akan lebih jujur dengan perasaan kita sendiri.
Kenangan dan hal-hal yang dituliskan itu akan menjadi sebuah referensi dimasa
depan untuk melakukan hal yang lebih baik lagi. Seperti halnya sebuah kapal
yang berlayar dilautan lepas untuk melakukan sebuah ekspedisi, sang kapten akan
terus mencatat semua yang terjadi dalam perjalanan itu setiap hari. Tempat yang
dilalui, gelombang yang dihadapi, bencana yang melanda, semuanya dituliskan
tanpa terkecuali. Dan catatan itu akan disimpan dengan baik agar suatu saat
bisa digunakan sebaggai pedoman bagi pelaut lain yang akan melewati rute
tersebut.
Menulis bukan berarti
kita harus menjadi seorang penulis. Tapi sebagai penyalur energy muda yang
berlimpah, daripada terbuang percuma. Mencurahkan semua hal yang terbesit oleh
hati dan fikiran, yang tidak mungkin atau belum bisa diceritakan kepada orang
lain. Tidak perlu banyak bicara, tapi cukup tuliskan apa yang ada didalam
fikiran diatas kertas. Agar semua hal itu tidak menghilang begitu saja seiring
berjalannya waktu. Suatu saat semua yang pernah kita tuliskan itu, akan
bercerita dengan sendirinya. Bercerita tentang semua yang pernah kita lakukan
untuk merubah kehidupan dan dunia. Disaat itu dunia akan menyadari bahwa kita
ada dan pantas untuk didengarkan.
Dengan menulis aku
telah menjadi tuan bagi diriku sendiri, itulah yang dikatakan oleh Buya HAMKA.
Dan itu memang benar. Karena disaat kita menulis kita memiliki kebebasan untuk
mengeluarkan semua yang kita rasakan. Tidak ada paksaan, tidak ada kekakangan.
Hanya dunia bebas yang bebas tanpa batas. Semua menjadi satu masuk kedalam diri
dan mengalir melalui tinta untuk segera digoreskan keatas kertas.
Tulisan-tulisan itu akan bercerita tentang semua yang ada dalam diri kita apa
adanya. Danpada akhirnya, tulisan-tulisan yang kita tulis itu akan menemukan
medianya sendiri. Memperlihatkan dirinya kepada dunia, sesuai dengan apa yang
menjadi tujuannya.
**200413**
Sarang @buruank
#Minangkabau West Sumatera
Komentar
Posting Komentar